Kamis, 31 Desember 2015

WASPADALAH SEBELUM TERLAMBAT !! Jika Anda sering mengalami Bengkak di LEHER,KETIAK Atau PANGKAL PAHA! TOLONG DI SHARE !!!

Kelenjar getah bening yaitu bagian dari sistem pertahanan tubuh yang bertindak menyaring dan menghancurkan bermacam organisme penyebab penyakit. Kanker kelenjar getah bening atau yang umum disebut dengan kanker limfoma berlangsung pada jaringan limfoid.

Kanker limfoma hanya menyerang sel darah putih, dan kanker itu berkumpul di dalam kelenjar getah bening yang jumlahnya semakin lebih 600 dalam tubuh.

Kanker ini termasuk juga tipe kanker yang sering diketahui di Indonesia. Di dunia, Globocan pada 2012 mencatat masing-masing 90 detik ada satu orang di dunia terdiagnosa kanker limfoma. Jadi, ada sekitar 400. 000 orang masing-masing tahunnya yang terdiagnosa kanker limfoma.

Limfoma awalannya menyerang limfosit (sejenis sel darah putih) yang ada di kelenjar getah bening. Limfoma type non-Hodgkin yaitu tipe yang kerapkali diketahui. Saat limfoma menyerang, berjalan perubahan pada limfosit sampai sel berkembang biak lebih cepat.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam, konsultan hematologi dan onkologi medik Andhika Rachman, tanda-tanda limfoma type non-Hodgkin diawali dengan ada pembengkakan dibagian tubuh khusus seperti leher, ketiak, atau pangkal paha.

Biasanya, benjolan itu tidak terasa sakit. Namun, yang perlu diingat yakni tidak seluruhnya benjolan yaitu kanker. “Jadi apabila ada satu benjolan, yang dipikirkan kemungkinan pertama yakni infeksi, ” tuturnya.

Langkah yang paling mudah untuk tahu ada tidaknya benjolan yakni dengan meraba waktu mandi karena saat itu tubuh tengah dalam kondisi licin. Apabila diketahui benjolan semakin lebih satu dan tidak juga mengecil setelah diobati, jadi harus diwaspadai karena mungkin saja saja yaitu kanker kelenjar getah bening non-Hodgkin. Untuk memastikannya perlu kontrol setelah itu oleh dokter.

Sebagian kontrol yang ditangani oleh dokter salah satunya dengan kontrol fisik, kontrol darah, rontgen dada, maupun mengambil sampel jaringan kelenjar getah bening untuk di cek atau biopsi.

Selain ada pembengkakan, kanker kelenjar betah bening non-Hodgkin dapat bikin penderitanya alami penurunan berat badan tanpa ada karena yang pasti, demam tanpa ada karena yang pasti, keluar keringat saat malam hari, batuk, sulit bernapas, nyeri dada, lemah, merasa kelelahan, hingga alami nyeri, atau rasa penuh di perut.

Selain itu, menyusutnya sistem kekebalan tubuh mungkin saja aspek kemungkinan kanker kelenjar getah bening non-Hodgkin. Aspek resiko yang lain yaitu infeksi virus seperti Human Immunodeficiency Virus (HIV), virus Epstein-Barr, dan virus hepatitis C.

Pria yang saat ini bertugas di Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Departemen Pengetahuan Penyakit Dalam FKUI/RSCM ini mengemukakan usia juga merupakan faktor resiko kanker limfoma, yaitu biasanya berjalan di atas usia 60 th.. Namun, tidak tutup kemungkinan ada pada usia anak-anak dan orang dewasa.

Untuk pengobatan penyakit kanker ini bisa ditangani dengan bermacam langkah, satu diantaranya melalui kemoterapi, baik dengan terapi obat lewat cara oral atau suntikan yang memiliki tujuan memusnahkan sebagian sel kanker.

Selain itu, pengobatan dengan terapi tujuan bisa pula dikerjakan untuk mendorong sistem kekebalan tubuh melawan sel kanker. Kemudian, melalui terapi radiasi dengan mesin tambah energi tinggi untuk membunuh sel kanker, serta transplantasi sel punca yang ditangani dengan prosedur kemoterapi atau radiasi dosis tinggi.

Supaya orang-orang lebih mengerti perihal limfoma, ditetapkan juga Hari Peduli Limfoma Sedunia yang diperingati masing-masing 15 September. Maksud yang lain untuk turunkan angka kesakitan serta kematian dikarenakan kanker ini.

Di sisi lain, PT Roche Indonesia sebagai perusahaan yang beroperasi di bidang kesehatan juga menunjukkan perhatiannya pada penyakit ini, salah satunya dengan memberi edukasi tetang limfoma melalui internet.

Group Communications Manager Roche Indonesia Revi Renita mengemukakan pihaknya mengharapkan orang-orang akan lebih mengerti tanda-tanda dan faktor kemungkinan limfoma. “Serta berkonsultasi ke dokter secara teratur untuk hindari deteksi limfoma yang terlambat, ” tuturnya.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :